KILAS - Edisi November 2009 (Vol.9 No.4) Farmacia
Ada harapan baru bagi para penderita buta warna khusus warna merah-hijau. Sebuah penelitian baru menunjukkan kemungkinan sebuah dunia baru bagi mereka yang selama ini hanya dapat mengenali warna tertentu. Penelitian ini dilakukan oleh Jay Neitz, seorang professor di University of Washington, bersama dengan rekan-rekannya. Mereka melakukan terapi gen pada monyet-monyet yang menderita buta warna merah-hijau. Terapi ini tidak menyebabkan efek sakit. Caraya, meraka menyuntikkan sebuah gen yang hilang ke dalam mata monyet yang memiliki buta warna merah-hijau. Gen tersebut diambil dari sebuah virus yang telah dilemahkan sehingga tidak lagi menimbulkan penyakit.
Para peneliti kemudian menguji monyet dengan mengukur respon mereka terhadap warna. Sekitar 20 minggu setelah pengobatan, monyet-monyet, yang masih hidup dan menyelesaikan studi dengan baik, tidak lagi mengalami buta warna dan bisa membedakan antara merah dan hijau.
Temuan ini kemudian dipublikasikan dalam Nature edisi online, 16 September 2009. Namun meski sukses terhadap monyet, para peneliti masih perlu untuk memastikan prosedur ini agar aman bagi manusia. "Bahkan meski 99 persen aman, itu belumlah cukup karena yang terlibat adalah mata, tapi inilah tantangan terbesarnya sekarang, yakni mentransformasi teknologi ini agar dapat digunakan pada manusia dengan sangat aman."
Buta warna dapat menjadi sangat tidak menyenangkan, membuat seseorang salah mengenali warna atau tidak dapat membaca grafik dan tabel. Lebih parah lagi kalau seseorang bahkan sulit membedakan warna merah dari hijau pada lampu lalu lintas. Lebih-lebih lagi dibidang pekerjaan. Dia tidak akan bisa menjadi polisi, pemadam kebakaran, sopir bus atau pilot. Bahkan, seorang mahasiswa kedokteran seringkali kecewa mendapati dirinya tidak dapat menjadi dokter mata.
Selama ini, sekitar satu dari 12 pria dan satu dari 230 wanita memiliki beberapa bentuk warisan buta warna. Mereka mengalami kesulitan membedakan antara beberapa warna karena reseptor di mata mereka kurang mampu merasakan perbedaan penuh antara warna-warna. Dua persen laki-laki memiliki bentuk yang paling parah mengenai buta warna ini.
Tidak ada pengobatan untuk buta warna, walaupun orang-orang dapat memakai kacamata khusus atau lensa kontak untuk membedakan secara lebih baik antara warna-warna. Tentunya temuan ini dapat menjadi harapan baru bagi mereka.
Ada harapan baru bagi para penderita buta warna khusus warna merah-hijau. Sebuah penelitian baru menunjukkan kemungkinan sebuah dunia baru bagi mereka yang selama ini hanya dapat mengenali warna tertentu. Penelitian ini dilakukan oleh Jay Neitz, seorang professor di University of Washington, bersama dengan rekan-rekannya. Mereka melakukan terapi gen pada monyet-monyet yang menderita buta warna merah-hijau. Terapi ini tidak menyebabkan efek sakit. Caraya, meraka menyuntikkan sebuah gen yang hilang ke dalam mata monyet yang memiliki buta warna merah-hijau. Gen tersebut diambil dari sebuah virus yang telah dilemahkan sehingga tidak lagi menimbulkan penyakit.
Para peneliti kemudian menguji monyet dengan mengukur respon mereka terhadap warna. Sekitar 20 minggu setelah pengobatan, monyet-monyet, yang masih hidup dan menyelesaikan studi dengan baik, tidak lagi mengalami buta warna dan bisa membedakan antara merah dan hijau.
Temuan ini kemudian dipublikasikan dalam Nature edisi online, 16 September 2009. Namun meski sukses terhadap monyet, para peneliti masih perlu untuk memastikan prosedur ini agar aman bagi manusia. "Bahkan meski 99 persen aman, itu belumlah cukup karena yang terlibat adalah mata, tapi inilah tantangan terbesarnya sekarang, yakni mentransformasi teknologi ini agar dapat digunakan pada manusia dengan sangat aman."
Buta warna dapat menjadi sangat tidak menyenangkan, membuat seseorang salah mengenali warna atau tidak dapat membaca grafik dan tabel. Lebih parah lagi kalau seseorang bahkan sulit membedakan warna merah dari hijau pada lampu lalu lintas. Lebih-lebih lagi dibidang pekerjaan. Dia tidak akan bisa menjadi polisi, pemadam kebakaran, sopir bus atau pilot. Bahkan, seorang mahasiswa kedokteran seringkali kecewa mendapati dirinya tidak dapat menjadi dokter mata.
Selama ini, sekitar satu dari 12 pria dan satu dari 230 wanita memiliki beberapa bentuk warisan buta warna. Mereka mengalami kesulitan membedakan antara beberapa warna karena reseptor di mata mereka kurang mampu merasakan perbedaan penuh antara warna-warna. Dua persen laki-laki memiliki bentuk yang paling parah mengenai buta warna ini.
Tidak ada pengobatan untuk buta warna, walaupun orang-orang dapat memakai kacamata khusus atau lensa kontak untuk membedakan secara lebih baik antara warna-warna. Tentunya temuan ini dapat menjadi harapan baru bagi mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar